Minggu, 27 Juli 2008

Kutitipkan Cintaku Pada-Mu

Dalam setiap tarikan nafasku kuharapkan rahmat-Mu
Sekuat tenaga kutuju ridho-Mu
Meski maksiat setia iringi langkahku
Tapi aku hamba-Mu, ya Allah!
Aku bisa manghindar, pun kerap tenggelam
Ampuni aku, ya Rabb!

Kau sisipkan padaku mata tuk menikmati eloknya karya-Mu
Kau selipkan hati disela ragaku
Hingga aku terhanyut dalam cinta
Bualan hamba-hamba-Mu tentang puncak keindahan
Hambapun tiada mengingkarinya

Rabb!
Wanita itu telah mencuri hatiku
Membuatku ingin menjeratnya
Tuk selalu menjadi milikku
Membuatnya hiasan terindah
Yang setia menyejukkan hariku

Namun hamba tiada berdaya mengikatnya dengan syari’at
Hamba kekurangan,
Hamba lemah!
Takkan pernah hamba milikinya tanpa syari’at, haram!
Meski kutahu indahnya memikat yang lain
Ya Allah, kutitipkan cintaku pada-Mu
Hingga saat Kau izinkan hamba mengikatnya
Atau Kau berkehendak lain
Aku ridho pada-Mu, ya Rabb.

Cinta Untuk Siapa?

Setiap manusia pasti berharap akan cinta
Mencintai dan dicintai
Karena hanya cinta yang mampu menghadirkan keindahan, kedamaian, kebahagiaan, .......
Apapun jalan untuk meraih kebahagiaan, ia pasti berdasar atas cinta
Namun, untuk siapakah cinta itu?

Cinta yang sebenarnya hanya berhak dimiliki oleh orang yang mengerti cinta
Orang yang menghargai cinta, bukan orang yang menginjak-injak cinta
Orang yang menjaga kesucian cinta, bukan yang menodai cinta
Cinta bukanlah milik orang yang sekedar meraih kenikmatan atas nama cinta
Cinta itu bukanlah sekedar kenikmatan jasmaniah.

Terlalu picik pikiran kita jika menganggap cinta itu adalah kenikmatan jasmaniah
Karena jika kenikmatan itu telah hilang, maka cinta juga akan hilang
Itu bukan cinta, sobat!
Itu nafsu.

Cinta adalah milik orang yang mengerti cinta
Yang mencintai dengan ketulusan
Yang mencintai bukan karena alasan materialisme
Keindahan, kekayaan, kehormatan, popularisme, ...........
Demi Allah, semua itu tidaklah abadi
Bukankah kita ingin cinta yang abadi?

Abadikan cintamu dengan ketulusan, sobat!
Cintailah ia karena kau ingin membahagiakannya
Niscaya kaupun akan merasa bahagia
Cintailah ia apa adanya
Hormatilah kekurangannya, terimalah kelebihannya
Dan kau akan merasakan keindahan cinta yang sebenarnya
Jika kau mencintainya, jagalah ia
Bukan menodainya.

Bidadari yang Kurindu


Bidadari yang slalu kurindu
Kini dengan setia menungguku di seberang
Menunggu tuk kujemput dengan kereta cinta
Menuju rumah kebahagiaan yang berakhir surga
Bidadari yang slalu kurindu
Hampir lelah hatiku mencarimu
Jatuh-bangun dalam jebakan cinta palsu
Kini kau hadir seperti cahaya
Membarakan api yang tlah lama padam
Kulihat jalanku kembali terang akan kebahagiaan abadi
Bidadariku, akan kujaga kau dengan segenap jiwa-ragaku
Karena kaulah belahan jiwaku
Yang sempurna dalam hatiku

Kamis, 03 Juli 2008

Lukisan Sempurna




Di malam yang kian larut
Saat kelopak mata perlahan menutup
Anganpun mulai melayang
Melukis sesosok wajah
Yang slalu hadir
Dalam sendiriku
Sesaat terjagaku
Kala luangku
Lukisan sempurnamu
Mengisi ruang kosong dalam benakku
Andai kau mengerti
Sesuatu telah terjadi padaku
Rasa yang halus
Yang tak kan pernah kutahu sebabnya
Karena itu pekerjaan hatiku
Bukan apa yang ada padamu
Sungguh......
Rasa itu tak kan sekuat ini
Jika terlahir karena wujudmu
Sebab kau bukan yang terindah
Tapi kau yang paling sempurna
Dalam benakku
Karena hatiku yang memilihmu

Tentang Bidadariku



Ya Tuhan....
Hatiku terjatuh lagi
Aku melihat bidadari berjalan
Namun tak seperti yang Kau ceritakan
Yah, aku memang masih diatas bumi
Tapi dia benar-benar bidadari!
Subhanallah....
Setiap jengkal tubuhnya adalah keindahan
Setiap sisi jiwanya adalah kecantikan
Tiada tutur katanya selain meredakan resahku
Tiada hadirnya selain mewarnai hatiku
Tuhan.....
Tiada lagi inginku selain ridho-Mu
’Tuk jadikannya bidadari surgaku
’Tuk bahagiakannya selalu dengan tulusku
Meski lemahku, meski kurangku
Lemahkan hatinya untukku
Ya Tuhan....
Aku ingin wanita itu
Untukku

*) terima kasih untuk inspirasiku

Biarlah Cinta.....

Sekalipun cinta telah kuuraikan dan kujelaskan panjang lebar
Namun jika cinta kudatangi, aku jadi malu pada keteranganku sendiri
Meskipun lidahku telah mampu menguraikan dengan terang
Namun tanpa lidah, cinta ternyata lebih terang
Sementara pena bagitu tergesa-gesa menuliskannya
Kata-kata pecah berkeping-keping begitu sampai kepada cinta
Dalam menguraikan cinta, akal terbaring tak berdaya
Bagaikan keledai terbaring dalam lumpur
Cinta sendirilah yang menerangkan cinta
Dan percintaan (Rumi)

Taubat


Astaghrirullah….
Ternyata kalimat ini begitu ringan
Sejuk terasa mengaliri relung jiwaku
Mengangkat sisi lemahku
Membuka aib yang selama ini tertutup
Dosaku pada-Mu, ya Robb.

Dalam simpuhku, dalam tundukku
Mengapa baru sekarang mampu kulakukan?
Saat tubuh dan jiwa berlumur noda
Seolah tak ada lagi tempat ’tuk kembali
Ke dalam pangkan-Mu, ya Rabb.

Hari-hari yang telah lalu seperti sungai yang mengalir deras
Dosa-dosa berpacu menuju ke muara
Mengotori samudera masa laluku
Mampukah kutemukan lagi dosa-dosa itu?
’Tuk kumintakan ampun pada-Mu.

Jika waktu adalah pedang, ya Robb
Biarlah pedang itu menebas leherku sebelum kumengerti
Sebelum kuterikat hukum-hukum-Mu
Agar dosaku tak mengalir deras
Namun sekarang….
Pedang itu adalah musuhku
Sebelum Engkau terima taubatku.

Robby….
Seandainya masih boleh hamba meminta
Luruskanlah langkah hamba
Dan jangan hentikan
Sebelum Engkau berkata cukup
Untuk taubatku.

PPMH, 24 Juni 2008.