Senin, 06 Oktober 2008

Mahalnya Sebuah Maaf

HARI itu, saat mengantri proses legalisir KTP di Kantor Catatan Sipil Kabupaten Malang di Kepanjen selesai, aku melihat dari belakang seorang gadis berperawakan tinggi memakai sweeter warna orange. Keadaan ini langsung mengingatkanku pada seseorang yang juga suka memakai sweeter orange dan semua yang berbau orange (ups, maksudnya berwarna orange). Seorang yang pernah kusayangi dengan sayang yang sangat, namun juga pernah kusakiti, yang membuatnya begitu sulit untuk memaafkanku. Waktu melakukan kesalahan itu, tak sedikitpun terbersit keinginan untuk menyakitinya. Namun semua itu telah terjadi. Dia telah memutuskan komunikasi denganku. Apapun alasanku tidak mampu membuatnya bergeming dan mau mengulang semua yang pernah terjadi dari awal.

MENYESAL. Yah, itulah kiranya yang kurasakan saat begitu sulitnya mendapat maaf dari dia. Dan seperti biasa, penyesalan itu hadir setelah kesalahan terjadi. Setelah kata maaf begitu berat dilepaskan. Meskipun Nabi pernah bersabda, "Manusia itu tempatnya salah dan lupa", namun tidak otomatis bisa menjadi alasan yang bisa diterima untuk berbuat salah, karena dia; termasuk juga kita, adalah manusia, bukan Allah yang Maha Pengampun, yang mempunyai keterbatasan pada kelapangan dadanya. Tidak semua orang berlapang dada yang dengan begitu ikhlas memberikan maaf untuk setiap pemintanya. Manusia kadang-kadang terlalu sulit untuk menghapus kenangan buruk yang pernah dialami; termasuk ketika ia disakiti, terlebih lagi seorang wanita. Hal inilah yang membuat sebuah maaf begitu sulit dilepaskan atau kata maaf mungkin terucap, tapi apakah benar-benar dari dalam hatinya?

PELAJARAN yang dapat diambil adalah; jangan pernah berfikir untuk melakukan kesalahan pada orang lain, siapapun dia. Berfikirlah sebelum bertindak. Jangan sampai perbuatan kita menyakiti orang lain, terlebih lagi kesalahan itu membuatnya begitu sulit untuk memaafkan kita. Apa yang menurut kita biasa, mungkin cuma bermaksud bercanda, bisa saja membuat lawan bicara kita tersinggung dan sakit hati. Pahamilah kondisi psikis lawan bicara saat ingin bercanda atau memberi saran, dll. Mungkin niat kita baik, mungkin apa yang kita ucapkan benar, tapi bisa jadi sangat salah apabila kita membicarakannya pada saat yang tidak tepat. Kalau sudah begini....... jangan sampai menyesal lagi, seperti saya. Hiks....hiks.....