Senin, 17 November 2008

Sekilas Hati (Qalbu)

Aku berlindung kepada Allah dari buruknya kebodohanku dan kesalahan niatku. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada cahaya sejati; Muhammad SAW., keluarga, para sahabat, serta pengikut setianya hingga akhir zaman.

”Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban” (QS; Al-Isra’: 36).

Dalam hidup bermasyarakat, kita mengenal adanya pemimpin dan yang dipimpin. Agar tatanan kehidupan berlangsung sesuai dengan harapan, sang pemimpin haruslah benar-benar bijaksana dalam mengambil kebijakan dan keputusan. Demikian pula dengan tubuh. Jika diibaratkan tubuh adalah sebuah kerajaan, maka raja dari kerajaan tubuh kita adalah hati. Apa yang dikerjakan oleh tubuh, itu adalah perintah dari hati. Dengan demikian, apabila kita ingin setiap tingkah laku kita baik dan indah, maka hati kitapun harus kita jaga agar selalu bersih dan suci, jauh dari segala bentuk penyakit hati. Rasulullah SAW. Bersabda, ”Ketahuilah, di dalam tubuh itu ada segumpal daging *). Bila ia baik, maka baik pula seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah ia adalah hati” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hati atau qalbu adalah salah satu unsur gaib dalam diri manusia selain ruh (nyawa) dan nafs (diri). Hati berada di dalam dada, namun jangan sekali-kali membelah dada seseorang hanya untuk mengetahui bentuk dari hatinya karena tidak akan pernah ditemukan sebab hati adalah sesuatu yang gaib. Hati (qalbu) bukanlah hati secara biologi; hati (liver) atau jantung (cor). Allah SWT. Berfirman, ”Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang berada di dalam dada” (QS; Al-Hajj: 46). Dalam suatu riwayat diceritakan saat Rasulullah SAW. hendak mengutus sahabat Mu’adz bin Jabal RA. menjadi gubernur Yaman, beliau sempat bertanya kepada Mu’adz tentang pedoman-pedoman apa yang digunakannya untuk memutuskan suatu perkara. Sahabat Mu’adz menjawab secara berurutan dimulai dari Kitab Allah, kemudian Sunnah Rasul, lalu ia akan berijtihad apabila masalah tersebut tidak ada dalam Kitab Allah dan Sunnah Rasul. Rasulullah SAW. lalu menepuk tepat di dada Mu’adz dan bersabda, ”Segala puji bagi Allah yang telah menolong utusan Rasulullah dalam menemukan sesuatu yang menyenangkan Rasulullah” (HR. Abu Dawud). Hati halus dalam dadalah yang dirujuk Rasul, bukan kepala tempat otak berada.

Maka itulah wahai sahabat, sebagai mahluk yang lemah, sudah sepatutnyalah kita senantiasa menjaga hati. Berhati-hatilah dengan perkara hati, jangan sampai ia sakit. Karena, sungguh! Sakitnya hati berbeda dengan sakitnya tubuh. Orang yang tubuhnya sakit dapat merasakan sendiri kalau ia sedang sakit, sementara orang lain tidak dapat merasakan sakitnya. Sedangkan orang yang hatinya sedang sakit tidak dapat merasakan kalau ia sedang sakit, justru orang lainlah yang dapat mengetahui bahwa hatinya sedang sakit. Dengan demikian, sering-seringlah kita bertanya kepada teman dekat kita tentang diri kita, apakah ada sifat sombong dalam diri kita, apakah kita suka iri, dengki, riya’, berburuk sangka; baik kepada sesama manusia terlebih lagi kepada Allah, suka menggunjing orang, mencela orang, dll., hal-hal semacam ini kadang-kadang tidak kita sadari ternyata ada dalam diri kita, betul tidak? Maka beruntunglah orang yang dapat menyadari bahwa hatinya sedang sakit, kemudian ia bersegera untuk kembali pada hati yang bersih.

Setelah berbicara tentang hati yang sakit sekarang kita belajar tentang hati yang sehat. Ulama’ salaf mengindikasikan orang yang berhati sehat adalah selalu mengingat kepada Siapa pemiliknya; sehingga ia mau kembali ke jalan Allah SWT.; tunduk dan bergantung kepada-Nya seperti bergantungnya seorang yang mencintai terhadap yang dicintainya. Ia selalu berdzikir dan berkhidmat kepada-Nya. Ciri sehatnya hati adalah jika ia tertinggal atau tidak sempat mengingat dan beribadah kepada Allah, ia akan merasa sakit dan tersiksa melebihi orang kaya yang kehilangan harta. Sudahkah kita merasa seperti itu? Orang yang bersih hatinya tercermin dalam sifat-sifat seperti sabar, ikhlas (saat beramal), ridho (setelah beramal), qana’ah (menerima apapun pemberian Allah), zuhud (tidak cinta dunia), bersyukur, dll.Inilah sekelumit tentang hati yang dapat saya sampaikan. Sebuah informasi yang sangat dasar, namun saya harap dapat mengantarkan para sahabat untuk lebih memahami tentang hati; suatu aset yang paling berharga yang kita punya. Jangan pernah melupakannya karena kesibukan kita, kesenangan kita. Jagalah ia, karena ia bisa membawa kabahagiaan pada diri kita sekaligus kesedihan yang tiada tara bila kita mengabaikannya. Banyak penyakit-penyakit sosial yang melanda masyarakat karena mereka lalai pada hati (qalbu). Kenalilah hati dan permasalahannya dengan mencari ilmu tentang hati. Semoga Allah meridhoi usaha kita, amin.

*) kata ’mudlghota’ dapat diartikan’sesuatu’ dalam arti luas, karena dalam kajian selanjutnya ternyata hati (qalb) itu sifatnya gaib atau tidak berwujud walau sejatinya ia ada.

Tidak ada komentar: